Rabu, 27 Maret 2019

BULETIN PPK

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM HINDU
    Sistem pendidikan tak sekedar mampu mentransfer  ilmu dengan baik pada anak didik, namun juga bisa membentuk karakter berakhlak mulia pada siswa. Untuk itu pemerintah memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Mengingat pendidikan karakter siswa belum berhasil maksimal.
Kita bisa melihat hasil pelaksanaan Ujian Nasional sebelumnya, banyak kejadian pelajar berpesta merayakan pasca ujian selesai. Dari corat coret seragam sekolah, pesta miras, hingga tawuran. Perilaku tak terpuji ini menunjukkan kalau para pelajar negeri kita tengah mengalami krisis pendidikan karakter.
Krisis Pendidikan Karakter
Dalam kegiatan sekolah sehari-hari, kita bisa melihat siswa-siswa belum memiliki karakter sebagaimana yang diharapkan tujuan pendidikan nasional. Di dalam berbagai aspek pendidikan sekolah, baik akademik maupun non akademik, siswa terlihat masih rendah pendidikan karakternya. Misalnya saja, siswa masih acuh akan situasi lingkungan, membuang sampah sembarangan, masalah kenakalan remaja seperti pertengkaran dan pencurian. Siswa menunjukkan kurangnya inisiatif menjaga fasilitas dan sarana sekolah, masih ada aksi siswa yang mencoret dan merusak fasilitas sekolah. Hal ini merupakan degradasi karakter generasi muda zaman sekarang.
Pendidikan Karakter Dalam Hindu
Istilah pendidikan karakter sebenarnya sudah tidak asing lagi dalam pendidikan Hindu. Dari awal pendidikan dirumah sampai pendidikan yang ditetapkan oleh negara di sekolah, pendidikan karakter sudah jadi bagian didalamnya. Tidak ada pemisahan antara pola pendidikan yang fokus pada kegiatan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pendidikan karakter untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.
Dalam Hindu, pendidikan karakter sebagai jiwa pendidikan nasional yang bertujuan membentuk pribadi anak yang berpijak pada karakter manusia yang bersumber dari nilai morl universal. Nilai moral tersebut bersumber dari agama yang disebut juga the golden rule. Dalam prakteknya diperlukan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Sebagai Hindu khususnya masyarakat yang ajeg Bali, pendidikan karakter telah berjalan dari jaman leluhur sampai sekarang. Tolak ukurnya dalah pengalaman konsep Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha. Konsep yang bersumber dari ajaran agama Hindu yang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Bali. Konsep ini juga dilaksanakan semenjak anak-anak sampai menjelang ajal.
Tri Hita Karana
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta dimana Tri artinya tiga, Hita arrtinya sejahtera atau bahagia sedangkan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang sangat harmonis yang mengakibatkan umat manusia mencapai kebahagiaan/kesejahteraan.
Yang pertama adalah Dewa Yadnya yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Contohnya, setelah habis memasak kita menghaturnya Yadnya Sesa sebagai persembahan atau rasa syukur yang mengandung makna hubungan manusia dengan Tuhan. Dari contoh ini diadaptasi oleh siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran di sekolah siswa menghaturkan canang sari di padmasana. Hal ini merupakan penanaman konsep serta keingintahuan yang menyebabkan transfer of character melalui pengamatan dan pengalaman dan pembiasaan siswa. Yang kedua adalah Manusia Yadnya yaitu hubungan manusia dengan sesamanya yang diwujudkan dengan Pitra, Resi, antar manusia. Perilaku tersebut misalnya memegang teguh tradisi dan ritual keagamaan yang menganggap penting aktivitas di pura/banjar percaya akan hukum karma, peduli kelestarian lingkungan menjunjung tinggi kejujuran, membenci sikap serakah dalam mencari keuntungan,menjaga tradisi gotong royong dan harmoni kekeluargaan, terbuka dan toleran terhadap orang yang berbeda budaya dan adaptif terhadap budaya modern dan profesionalisme dalam kehidupan bermasyarakat. Yang ketiga adalah Butha Yadnya yaitu hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Di Bali, konsep Tri Hita Karana ini tercermin dalam tata kehidupan masyarakat Hindu yang meliputi tiga unit yaitu: parahyangan, yaitu berupa unit tempat suci (pura) tertentu yang mencerminkan konsep Ketuhanan, Pawongan yaitu berupa unit organisasi masyarakat sebagai perwujudan hubungan antara sesame manusia, Palemahan yaitu beruoa unit wilayah tertentu sebagai perwujudan unsur manusia dengan alam lingkungan. Di lingkungan sekola, siswa selalu menjaga lingkungan, baik kebersihan maupun kenyamanannya. Kegiatan tersebut selalu dilakukan mulai siswa tiba di sekolah hingga pulang dengan cara menjaga kebersihan, merawat sarana dan prasarana yang disediakan sekolah.

Tri Kaya Parisudha
Tri artinya tiga, kaya artinya karya atau perbuatan, parisudha artinya penyucian. Jadi Tri Kaya Parisudha artinya tiga perbuatan atau perilaku yang harus disucikan, yang mana Tri Kaya Parisudha ini sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Adapun bagian-bagiannya adalah: Manacika Parisudha yang atinya  berpikir suci atau berpikir yang benar, karena pikiran yang mengandung sifat dan seluruh organ tubuh untuk melakukan sesuatu.
Sebagai contoh pelaksanaan Manacika Parisudha dalam kehidupan sehari  hari, ada tiga hal disebutkan yaitu : Tidak mengingini sesuatu yang tidak kekal. Misalnya siswa tidak berfikir untuk mencontek atau tidak jujur untuk mendapatkan nilai yang bagus, ataupun menginginkan hal-hal yang dilarang tata tertib sekolah. Tidak berpikir buruk terhadap mahluk lain, yaitu tidak merasa iri maupun dengki pada kepunyaan ( milik orang lain), tidak mempunyai niat marah terhadap sesama teman. Tidak mengingkari Karma Phala. Sebagai Hindu, siswa percaya dan yakin akan adanya hukum karma ( hasil perbuatan ) itu.

Wacika Parisudha yang berarti berkata yang benar, maka baiknyalah kita di dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya berkata yang benar, tidak menyinggung ataupun menghina dan mencaci orang lain. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:  setiap siswa selalu berusaha berkata kata yang baik ( tidak menyinggung perasaan), setiap siswa takut berkata  kata kasar, tidak menghina, mengancam, dan menghardik, setiap siswa tidak berani memfitnah, mengadakan laporan palsu untuk mengadukan teman, setiap siswa selalu satia wacana, yaitu menepati janji dan tidak berani berbohong.
Kayika Parisudha berarti perbuatan/perilaku yang benar, dimana perbuatan kita dalam kehidupan sehari-harisanagt berpengaruh di dalam diri manusia. Maka baiknyalah kita berperilaku yang baik demi terciptanya hubungan yang harminis antara sesama manusia. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya: siswa merawat sarana prasarana serta lingkungan sekolah serta melakukan kegiatan kebersihan bersama baik di ruang kelas maupun di lingkungan sekolah. Siswa saling menghormati dengan cara saling menjaga ketertiban dan keamanan sekolah. Yang terpenting adalah siswa mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
Dari penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pikiran yang baik akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan karma yang baik pula. Dan dari perbuatan yang buruk akan dihasilkan karma yang buruk pula. Jadi segala sesuatu yang kita perbuat akan ada karmanya. Untuk itu kita akan mengenal yang namanya KARMA PHALA, seperti semboyan yang mengatakn :
Ala ulah ala tinemu :  perbuatan buruk hasilnya juga buruk
Ayu pikardi ayu pinanggih :  perbuatan baik hailnya juga baik



Oleh Ni Ketut Swastari Ningsih, S.Pd., M.Pd.

===semoga bermanfaat=

MONITORING DAN EVALUASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER



Pada hari ini Kamis, 28 Maret 2019 bertempat di SMP NEGERI 4 SERIRIT dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi Program PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) oleh Pengawas Manajerial (Ketut Gede Dharmayasa,S.Pd. ) dan Bapak Putu Suastika. Kegiatan ini berjalan dengan lancar.

PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN ALAM


Salah satu kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Seririt dalam rangka pelaksanaan praktikum topik sistem organisasi kehidupan, pengamatan yang dilakukan oleh siswa berupa pengamatan sel, jaringan hewan dan tumbuhan, organ hewan dan tumbuhan, sistem organ hewan, serta organisme. Proses pembelajaran yang dilakukan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang selaras dengan implementasi kurikulum 2013, melalui praktikum yang dilakukan siswa dapat secara langsung dapat menemukan sendiri dan mengkonstruksi konsep-konsep pembelajaran yang diharapkan.



Oleh : Nyoman Edi Supartawan, M. Pd.







Selasa, 26 Maret 2019

KERJASAMA SEKOLAH DENGAN PIHAK KEPOLISIAN (BABINKAMTIBMAS)


SMP Negeri 4 Seririt sebagai sekolah yang tidak lepas dengan hubungan kemasyarakatan, sehingga dipandang perlu untuk melakukan kerjasama - kerjasama dalam mengawal setiap program kerja sekolah. Salah satunya adalah kerjasama yang dilakukan dengan Kepolisian. Kerjasama ini menyasar pada penegakan disiplin siswa. 

KEGIATAN LITERASI



Kegiatan Literasi, merupakan kegiatan yang rutinitas dilakukan di SMP Negeri 4 Seririt pada saat waktu luang untuk menumbuhkan minat siswa dalam membaca. Literasi diharapkan mampu menambah wawasan siswa.

UPACARA BENDERA



Pelaksanaan Upacara Bendera di SMP NEGERI 4 SERIRIT dilaksanakan setiap hari Senin. Bertindak sebagai pembina upacara berasal dari Guru. Kegiatan ini dimulai pada pukul 06.30 pada jam pagi dan pukul 17.10 pada jam sore. Siswa secara hikmat sebagai peserta upacara. Pelaksanaan Upacara Bendera ini pada intinya sebagai bentuk pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Semua nilai utama dalam PPK bisa diimplementasikan dalam kegiatan ini. Religius, diimplementasikan dengan doa bersama. Nasionalis, dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemandirian, Gotong Royong, dan Integritas semua dapat diterapkan.
STRUKTUR ORGANISASI 
SMP NEGERI 4 SERIRIT
Kepala Sekolah (Gede Naswira, S. Pd)
Wakasek Kurikulum (Drs. I Putu Gede Ariana, M. Si.)
Wakasek Kesiswaan (Drs. Putu Ariadnya)
Wakasek Humas (I Ketut Tirtayasa, S. Pd.,B)
Wakasek Sarpras (Putu Sumeken, S. Pd.)